Kasus keracunan massal akibat konsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali mengguncang Kabupaten Bandung Barat.
Ribuan siswa dari berbagai jenjang pendidikan mengalami gejala keracunan seperti sesak napas, nyeri perut, dan muntah-muntah setelah mengonsumsi menu MBG yang didistribusikan di sekolah-sekolah.
Penanganan darurat pun segera dilakukan untuk merawat dan mengevakuasi para korban serta menyelidiki penyebab pasti insiden ini.
Kasus Keracunan MBG di Bandung Barat

Kasus keracunan massal akibat mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) menyerang ribuan siswa di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat.
Hingga Kamis (25/09/2025), tercatat lebih dari 1.000 siswa mengalami gejala keracunan yang terdiri dari sesak napas, nyeri perut, pusing, mual, hingga kejang-kejang. Data terakhir menunjukkan korban terus bertambah, dengan lebih dari 1.300 orang yang sudah mendapatkan perawatan di posko-posko kesehatan setempat maupun rumah sakit.
Gejala keracunan ini cukup unik, di mana banyak korban yang mengeluh sesak napas, berbeda dari kejadian keracunan biasanya yang di dominasi diare.
Dugaan Sabotase MBG
Munculnya isu sabotase sebagai penyebab keracunan MBG sempat menjadi perbincangan publik. Namun, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menegaskan bahwa kasus keracunan ini bukan di sebabkan sabotase melainkan kelalaian dalam penerapan prosedur standar operasional (SOP).
Penyelidikan BGN mengungkap banyak kesalahan dalam proses pengolahan dan pemenuhan standar keamanan pangan di dapur-dapur yang menyuplai MBG. Sejauh ini, tidak di temukan bukti kuat adanya sabotase, dan BGN fokus memperbaiki sistem serta menghentikan sementara operasional dapur bermasalah untuk mencegah kasus serupa.
Baca juga: Gugat Cerai Ahmad Assegaf, Tasya Farasya Tuntut Nafkah Rp100
Keracunan MBG Hiu

Salah satu menu kontroversial dalam program MBG yang turut menyumbang kasus keracunan adalah olahan ikan hiu. Ikan hiu dikenal mempunyai risiko tinggi mengandung akumulasi merkuri yang sangat berbahaya terutama bagi anak-anak dan ibu hamil.
Merkuri ini dapat menyebabkan gangguan saraf serta efek serius lainnya jika di konsumsi dalam jumlah tinggi. Para ahli kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan peringatan keras agar menu ikan hiu tidak di sajikan dalam program MBG.
Korban Keracunan MBG
Korban keracunan MBG didominasi para siswa mulai dari SD hingga SMA/SMK. Banyak korban harus ditangani di fasilitas kesehatan karena gejala parah seperti kejang dan sesak napas.
Beberapa siswa yang sempat pulang dari perawatan kembali datang ke posko karena kondisi memburuk. Hingga akhir September 2025, korban terus bertambah dengan angka laporan mencapai ribuan, membuat pemerintah dan dinas kesehatan setempat berupaya keras melakukan penanganan dan investigasi.
Kasus MBG dan Tindak Lanjut
Insiden keracunan massal MBG ini menjadi sorotan nasional. Pemerintah melalui BGN telah menangguhkan sementara 56 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terindikasi terkait kasus ini.
Analisis lebih lanjut terhadap sampel makanan masih berlangsung untuk memastikan penyebab pasti selain kelalaian SOP. Pemerintah juga mengambil langkah memperketat pengawasan kualitas bahan baku, proses penyimpanan, dan pengolahan makanan agar kejadian serupa tidak terulang.
Presiden dan menteri terkait menegaskan bahwa keamanan dan kesehatan anak menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan program MBG ke depan
Baca juga: Catat! inilah Hari Penting di Bulan Oktober di Indonesia dan Dunia
Kesimpulan
Kasus keracunan MBG di Bandung Barat mengungkapkan lemahnya pengawasan dan ketidakdisiplinan dalam pengelolaan makanan bergizi. Penyebab utama adalah kontaminasi bakteri seperti Salmonella dan Bacillus cereus akibat penyimpanan dan pengolahan yang tidak sesuai standar.
Dugaan sabotase pun telah dibantah oleh pihak berwenang yang menegaskan kelalaian internal lebih mungkin menjadi penyebab. Korban yang mencapai ribuan menimbulkan keresahan luas dan menuntut evaluasi menyeluruh atas program MBG
