Menyapa Pura Besakih, Pusat Spiritual di Lereng Gunung Agung

Menyapa Pura Besakih, Pusat Spiritual di Lereng Gunung Agung

Bali tidak hanya terkenal karena pantainya yang menawan, tetapi juga karena kekayaan budayanya yang kental dengan nilai spiritual. Salah satu destinasi yang paling mencerminkan hal tersebut adalah Pura Besakih, pura terbesar dan tertua di Bali yang dikenal sebagai pusat kegiatan keagamaan umat Hindu. Terletak di lereng Gunung Agung, pura ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Pura Besakih Terkenal Karena Apa?

Pura Besakih Terkenal Karena Apa

Pura Besakih terkenal sebagai pura terbesar dan terpenting di Bali, bahkan sering disebut sebagai “Mother Temple of Bali” atau Pura Induk bagi seluruh pura di pulau Dewata. Kompleks pura ini terdiri dari lebih dari 80 pura kecil, dengan Pura Penataran Agung Besakih sebagai pusatnya.

Yang membuat Pura Besakih begitu terkenal bukan hanya karena ukurannya yang megah, tetapi juga nilai spiritual dan sejarahnya yang sakral. Tempat ini dianggap sebagai titik pusat spiritual umat Hindu Bali, di mana berbagai upacara besar seperti Eka Dasa Rudra (yang hanya dilakukan setiap 100 tahun sekali) dilaksanakan.

Selain itu, lokasinya yang berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut menawarkan pemandangan alam luar biasa: hamparan sawah, kabut pegunungan, serta latar megah Gunung Agung yang menjulang tinggi. Kombinasi antara keindahan alam dan nuansa sakral inilah yang membuat Pura Besakih menjadi destinasi wisata religi yang mendunia.

Baca juga: Siapa Sangka, Candi Prambanan Ternyata Punya Cerita Ini!

Berapa Harga Tiket Masuk Pura Besakih?

Untuk menikmati keindahan dan keagungan Pura Besakih, pengunjung perlu membayar tiket masuk sebesar sekitar Rp60.000 untuk wisatawan domestik dan Rp80.000 untuk wisatawan mancanegara (harga bisa berubah sesuai kebijakan pengelola).

Tiket ini sudah termasuk biaya parkir dan jasa pemandu lokal (guide) yang akan menemani wisatawan selama berkeliling kompleks pura. Kehadiran pemandu penting karena mereka dapat menjelaskan sejarah, tata cara berkunjung, serta makna setiap bangunan di area pura.

Perlu di ingat, wisatawan wajib mengenakan sarung dan selendang saat memasuki area pura sebagai bentuk penghormatan terhadap kesucian tempat tersebut. Jika tidak membawa sendiri, sarung dapat di sewa di pintu masuk.

Pura Besakih Dibangun Tahun Berapa?

Pura Besakih Dibangun Tahun Berapa

Pura Besakih di percaya sudah berdiri sejak abad ke-8 Masehi, menjadikannya salah satu pura tertua di Bali. Menurut catatan sejarah, pura ini pertama kali di bangun oleh Rsi Markandeya, seorang resi suci dari tanah Jawa yang membawa ajaran Hindu ke Bali.

Rsi Markandeya di yakini mendapatkan petunjuk spiritual untuk mendirikan tempat pemujaan di lereng Gunung Agung, gunung yang di anggap sebagai gunung suci dan pusat alam semesta oleh umat Hindu Bali. Seiring waktu, pura ini berkembang menjadi kompleks besar dengan banyak pura pendamping yang di bangun oleh berbagai klan dan kerajaan Bali kuno.

Pura Penataran Agung Besakih sendiri menjadi pusat utama yang melambangkan hubungan antara Tri Loka (dunia atas, tengah, dan bawah) serta Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa).

Siapa yang Dituju dan Dihormati di Pura Besakih?

Di Pura Besakih, yang dipuja utama adalah Tuhan dalam wujud Tri Murti, yaitu:

  • Dewa Brahma sebagai pencipta,
  • Dewa Wisnu sebagai pemelihara,
  • Dewa Siwa sebagai pelebur atau penyempurna.

Pemujaan kepada Tri Murti melambangkan keyakinan umat Hindu Bali terhadap keseimbangan dan harmoni alam semesta. Selain itu, di beberapa pura pendamping juga terdapat tempat pemujaan bagi leluhur, dewa pelindung klan, dan roh penjaga alam.

Pura Besakih tidak hanya menjadi tempat sembahyang, tetapi juga pusat upacara adat besar. Saat perayaan Odalan Besakih atau Galungan dan Kuningan, ribuan umat datang dari berbagai daerah untuk berdoa dan membawa sesajen. Suasananya begitu khidmat sekaligus indah, dengan warna-warni busana adat dan wewangian dupa yang memenuhi udara.

Keunikan Pura Besakih yang Tidak Ada Duanya

Keunikan Pura Besakih terletak pada arsitektur dan tata letaknya yang sangat simbolis. Kompleks pura ini di bangun mengikuti konsep Tri Mandala, yaitu pembagian area suci menjadi tiga tingkat:

1. Nista Mandala (jaba sisi) area paling luar, untuk kegiatan umum dan persiapan upacara.

2. Madya Mandala (jaba tengah) area tengah tempat berlangsungnya kegiatan upacara.

3. Utama Mandala (jeroan) area paling suci, tempat utama pemujaan kepada Tuhan.

Selain itu, Pura Besakih memiliki pemandangan spektakuler. Dari area pura, pengunjung dapat menyaksikan hamparan alam hijau, lembah luas, dan puncak Gunung Agung yang megah. Saat kabut turun, suasananya menjadi begitu mistis dan menenangkan.

Meskipun Gunung Agung pernah meletus hebat pada tahun 1963, lava letusan tidak menghancurkan Pura Besakih, meski jaraknya sangat dekat. Peristiwa ini membuat masyarakat semakin yakin bahwa tempat ini benar-benar dilindungi secara spiritual.

Baca juga: Pandawa Water World Solo, Serunya Wisata Air Bernuansa Mahabharata

Kesimpulan

Pura Besakih bukan sekadar destinasi wisata religi, tetapi juga simbol keagungan budaya dan spiritualitas Bali. Dengan sejarah panjang, keindahan arsitektur, serta suasana yang penuh kedamaian, kunjungan ke Pura Besakih akan memberi pengalaman mendalam baik bagi pecinta sejarah, fotografer, maupun peziarah spiritual.

Jika kamu berencana berlibur ke Bali, sempatkanlah untuk datang ke Pura Besakih. Di sana, kamu tidak hanya akan melihat pura megah di lereng gunung, tetapi juga merasakan keheningan yang menyentuh jiwa dan pesona abadi Pulau Dewata.

More From Author

Hari Ayah Nasional Wujud Kasih Sayang untuk Pahlawan Keluarga

Hari Ayah Nasional Wujud Kasih Sayang untuk Pahlawan Keluarga

Mengenal Dunia Pramuka, Tingkatan, Gerakan Dasar, dan Sandi

Mengenal Dunia Pramuka, Tingkatan, Gerakan Dasar, dan Sandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *