Dampak Bullying dan Seruan #JusticeForZaraQairina

Dampak Bullying dan Seruan #JusticeForZaraQairina

Kasus kematian Zara Qairina, siswi berusia 14 tahun di Malaysia, menggemparkan publik sekaligus menyoroti isu bullying di sekolah.

Tragedi ini memicu perhatian luas masyarakat, mendorong diskusi terkait keselamatan anak, kesehatan mental, dan perlindungan siswa di sekolah.

Tagar #JusticeForZaraQairina viral, menuntut pemerintah, sekolah, dan aparat hukum bertindak tegas mencegah serta menangani perundungan lebih serius.

Justice For Zara Qairina

Justice For Zara Qairina

Tagar #JusticeForZaraQairina viral di media sosial, menjadi simbol tuntutan agar pemerintah, pihak sekolah, serta aparat penegak hukum lebih tegas dalam mencegah dan menangani kasus perundungan.

Kementerian Pendidikan Malaysia kemudian menyatakan komitmennya untuk mengusut kasus ini sekaligus memperketat pengawasan di lingkungan sekolah.

Kronologi Kematian Zara Qairina

Kronologi Kematian Zara Qairina

Kasus kematian Zara Qairina, siswi berusia 14 tahun di Malaysia, menggemparkan publik dan memunculkan seruan besar terhadap isu perundungan di sekolah.

Menurut laporan, Zara Qairina di temukan dalam kondisi tidak sadarkan diri di saluran pembuangan yang terletak di dekat kompleks asrama sekolahnya. Penemuan tersebut berlangsung pada waktu yang janggal, yakni sekitar pukul 03.00 dini hari.

Berdasarkan informasi awal, Zara di temukan dalam keadaan tidak sadar di saluran pembuangan dekat asrama sekolah pada pukul 03.00 dini hari. Kemungkinan besar ia terjatuh dari lantai tiga asrama sekolah. Zara kemudian dibawa ke Rumah Sakit Queen Elizabeth, tetapi meninggal pada 17 Juli.

Pada 21 Juli, ibu Zara, Noraidah Lamat, meminta agar kasus ini di tangani secara adil dan transparan.

Senin, 28 Juli 2025, Kepala Polisi Sabah, Datuk Jauteh Dikun, menegaskan bahwa penyelidikan akan mereka lakukan secara menyeluruh dan meminta masyarakat tidak berspekulasi.

Baca juga: Mpok Alpa, Komedian yang Menyimpan Luka di Balik Senyum

Rabu, 30 Juli 2025, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Datuk Mustapha Sakmud, membantah tuduhan yang mengaitkan dirinya dan istrinya, mantan kepala sekolah, dalam kasus ini.

Ibu Zara mengajukan permohonan ekshumasi makam anaknya pada Jumat, 1 Agustus 2025, guna pemeriksaan post-mortem lebih lanjut.

Rabu, 6 Agustus 2025, AGC menyerahkan kembali laporan awal penyidikan ke kepolisian dengan petunjuk untuk melengkapi bukti yang di butuhkan.

Kamis, 7 Agustus 2025, ibu Zara menyerahkan ponsel berisi rekaman percakapan dengan almarhum kepada polisi sebagai bagian dari proses penyelidikan.

Pemeriksaan post-mortem terlaksanakan pada Minggu, 10 Agustus 2025.

Pada Senin, 11 Agustus 2025 dini hari, jenazah Zara dikebumikan kembali di Tanjung Ubi Muslim Cemetery, Mesapol, Sipitang, dengan prosesi yang khidmat serta dihadiri keluarga dekat.

Diagnosis awal dokter pada Rabu, 13 Agustus 2025, menyebut kematian Zara di sebabkan cedera otak traumatis berat dengan hipoksia-iskemia ensefalopati, menurut laporan The Star.

Sedikit Tentang Zara Qairina

Zara Qairina adalah seorang siswi berusia 14 tahun asal Malaysia. Ia di kenal cerdas, rajin belajar, serta berprestasi.

Dalam kesehariannya, Zara dikenal ramah dan disayangi keluarga. Ia memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu dan cita-cita.

Zara juga aktif di lingkungan sekolah, banyak yang mengenalnya tekun, disiplin, dan mampu memberikan teladan positif bagi teman-teman sebayanya.

Kasus Zara Qairina

Namanya ramai di perbincangkan pada akhir Juli 2024 karena kabar ia mendapat perlakuan bullying di sekolah.

Keluarga bercerita bahwa Zara sempat merasa tertekan karena perlakuan teman-teman sekolahnya. Ia beberapa kali menunjukkan sikap murung dan stres akibat masalah tersebut.

Pada 29 Juli 2024, Zara di temukan sudah tidak bernyawa di rumahnya. Polisi Malaysia kemudian menyelidiki dan memastikan tidak ada unsur kriminal. Karena itu, kematiannya diduga kuat berkaitan dengan tekanan psikologis akibat bullying.

Peristiwa ini langsung membuat masyarakat berduka sekaligus marah. Tagar #JusticeForZaraQairina ramai di media sosial sebagai bentuk dukungan dan tuntutan agar pemerintah serta sekolah lebih serius melawan perundungan. Kementerian Pendidikan Malaysia pun berjanji menyelidiki kasus ini dan memperkuat aturan pencegahan bullying di sekolah.

Baca juga: Semarak HUT ke-15 SMKN 1 Kawunganten Walau Diguyur Hujan

Kesimpulan

Kasus kematian Zara Qairina menyoroti seriusnya masalah bullying di sekolah, yang berdampak pada kesehatan mental dan keselamatan siswa.

Meskipun pihak kepolisian tidak menemukan unsur kriminal, dugaan kuat kematiannya terkait tekanan psikologis akibat perundungan, memicu duka mendalam dan kemarahan publik.

Respons masyarakat, media, dan pemerintah melalui tagar #JusticeForZaraQairina serta langkah Kementerian Pendidikan Malaysia menunjukkan pentingnya pencegahan bullying dan pengawasan lingkungan sekolah.

More From Author

Serunya Bergabung dengan Komunitas Lari di Indonesia

Serunya Bergabung dengan Komunitas Lari di Indonesia

Pernah Dengerin Ikan Begini Cara Mereka ‘Ngomong’ di Air

Pernah Dengerin Ikan? Begini Cara Mereka ‘Ngomong’ di Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *